Pendapat penulis Indonesia tentang pembajakan buku (dan penyebaran PDF ilegal)
Beberapa waktu yang lalu, banyak penulis yang merasa karya mereka (maupun karya sesama penulis) tidak dihargai oleh sekelompok orang yang membaca buku mereka melalui cara yang ilegal, yaitu dari pdf yang disebarkan melalui status WhatsApp.
Para oknum tersebut berdalih dengan mengatas namakan "kepentingan mencerdaskan anak Indonesia dengan membaca" dan "saling berbagi ditengah pandemi".
Berikut adalah sikap beberapa penulis yang karya mereka dibajak:
"Mulai hari ini, kalian bisa ambil gratis barang2 di toko apapun. Agar kebutuhan warga selama pandemi Covid-19 bisa...
Dikirim oleh Tere Liye pada Selasa, 31 Maret 2020
Jangan sampe para penulis jadi tidak mau menulis lagi hanya karena tau bahwa ujung2nya bukunya akan dibajak dan dia tidak bisa hidup lagi dari hasil karyanya. Sekali lagi, tolong. Kalau kalian liat ada yang ngeshare, tolong kalian ingetin/ screenshot twit ini. Terima kasih banyak
— Fiersa Besari (@JeromePolin) March 31, 2020
Saya termasuk yang hampir enggak pernah berkoar soal pembajakan karya saya sendiri. Mau itu buku, atau lagu, saking banyak yang bajak, udah bodo amat. Tapi, ngebajak, terus pamer ke penciptanya bahwa dia ngebajak/beli bajakan, ini masuk ke tahap: enggak tahu malu. Hadeh
— Fiersa Besari (@FiersaBesari) March 28, 2020
Buat yang beneran nggak tahu. Tapi terlanjur pernah nyebar PDF bajakan. Sudah stop sekarang. Jangan teruskan. Kalau benaran nggak tau dan stop, kamu dimaafin. Tapi kalau terus nyebar padahal sudah tahu. Itu hati dan otakmu, sudah dimakan belatung? Jadi nggak fungsi lagi.
— Boy Candra (@dsuperboy) March 31, 2020
Kalau pendapat sahabat ibuk bagaimana?